Selasa, 29 November 2011

Sesuatu yang Hilang

Rasanya ada sesuatu yang hilang ketika kita menikmati hidup dengan dinamika irama perkotaan. Sesuatu itu bernama kekerabatan dan kekeluargaan.
Pernahkah engkau merasakannya, Kawan?
salamDulu, ketika kecil hingga remaja hidup di tengah-tengah aroma suasana pedesaan, semua orang yang tinggal di desa kita kenal dan kita anggap sebagai saudara kerabat sendiri. Kemana pun kita bertandang, selalu disambut dengan rasa kekeluargaan yang hangat.
Tidak pernah khawatir, tidak ada sungkan, tidak ada pakewuh, tidak pernah menaruh sak wasangka, bahkan tanpa pamrih.
Kalau pun kita kekurangan sedikit sayur atau penyedap rasa, kita bisa bertamu ke tetangga dengan sedikit trik untuk meminta hal yang kita butuhkan. Dan sebagai imbalannya, kita memberikan semangkok masakan penebus bumbu penyedap rasa yang kita minta tadi. Timbal balik yang amat hangat.
Ketika ada rumah tetangga yang hendak dipugar, tetangga yang lain berduyun-duyun ikut membantu dengan sadarnya. Kadang ia harus meninggalkan pekerjaan pokok di sawahnya, hanya untuk sekedar mengangkut bata pemugaran rumah tersebut. Kemudian ketika siang menjelang, mereka beristirahat bersama sambil menikmati semangkuk sayur asem, wedang jahe dan sebatang rokok kretek. Indah penuh kekeluargaan.
Dan semua aroma hangat itu tiba-tiba menguap, ketika kita tinggal di tengah dinamika perkotaan. Entah di mana rasa kekentalan sebagai kerabat itu. Tegur sapa yang hangat antar tetangga, bertandang meminta sedikit garam penyedap rasa, berkumpul dengan suasana yang cair, berbagi rasa persaudaraan, dan segala aroma hangat pedesaan yang amat kita kenal dulu di kampung halaman.
Bahkan kadang kita menaruh curiga dan prasangka yang keruh kepada tetangga samping rumah kita. Cerita hangat pemugaran rumah tetangga itu, sudah tergantikan oleh jasa arsitektur dan lenyap oleh kesibukan masing-masing. Berbagi semangkuk masakan itu, berubah wujud menjadi ajang bisnis katering yang menggiurkan.
Entah kenapa, semua kehangatan bersaudara itu menguap begitu mudahnya. Apakah karena di kota semua penduduknya sudah terbelenggu oleh rutinitas yang kuat, sehingga untuk bertegur sapa dengan tetangga saja kadang terlupa. Apakah karena di kota yang bertahta adalah uang dan materi, sehingga semangkuk sayur rasa persaudaraan itu berganti rupa menjadi bisnis jual beli.
Bukankah langit di kota masih berwarna biru, sama dengan warna langit kita di desa?
Bukankah kita sama-sama berasal dari aroma desa dan berkubang lama dengan rasa kehangatan bersaudara itu, kenapa ketika berinteraksi dengan aroma perkotaan, semua itu seakan lenyap tak berbekas?
Apa memang inilah keharusan hidup sebagai orang kota, sibuk bekerja, mengejar kemajuan, berpacu dengan waktu, efektifitas, efisien, modern dan mencampakkan segala hal yang tidak perlu ?
Tetapi, apakah kekerabatan dan kekeluargaan itu tidak perlu…?

1 komentar:

  1. persaudaraan adalah harta yang teramat bernilai, biasanya rasa persaudaraan akan hilang bila kita selalu berusaha untuk menaruh rasa dendam dari apa yang telah terjadi. semoga kita menjadi orang yang memiliki kesabaran dan msu mmberikan maaf sehingga persaudaraan tetap bisa terjalain. salam kenal Jasa Pakar SEO kursus seo Nezzan Depok

    BalasHapus